Sabtu, Oktober 03, 2009

SIAPAKAH KITA DAN SIAPKAH KITA ??

Dua pertanyaan sederhana untuk mengetahui jati diri kita sebagai insan yang akan mengkerdilkan diri atau membesarkan diri. Polaritas yang jauh berbeda dan akan sangat tampak jelas. Sebuah kejelasan yang nyata seperti warna hitam dan putih meskipun dapat memunculkan peluang warna abu-abu (tidak konsisten).
Lalu seperti apakah insan yang telah mengkerdilkan dirinya?
1. Mereka yang mengetahui siapa dirinya tetapi tidak menyiapkan dirinya.
Saya contohkan sebagai anak seorang raja besar yang dimulyakan dengan gelar pangeran dan akan menggantikan tahta kerajaan, namun tidak membiasakan diri untuk peduli kepada calon rakyatnya dan tidak juga membentuk kepribadiannya sebagai calon pemimpin. Raja kecil ini terlalu tinggi menghargai nilai dirinya sebagaimana dia membayangkan bahwa nilainya setara dengan ketinggian nilai ayahnya tanpa melatih diri untuk mempersiapkan bagaimana nantinya ia akan memikul amanah kekuasaan ayahnya sebagai raja besar.

2. Mereka yang siap tetapi memilih untuk tidak menjadi siapa-siapa.
Benarkah ada seseeorang yang kuat (misalnya), tapi tidak ingin dikenal? Nyatanya kita tidak asing dengan apa yang disebut comfort zone dan menjadi pilihan bagi mereka yang tidak ingin hidup dengan banyaknya konsekuensi, resiko, tantangan, dan cobaan orang-orang besar. “Kekuatan yang besar mengharuskan tanggung jawab yang besar pula”, inilah yang menjadi alasan bagi para penanggungjawab minimalis untuk tetap diam di atas kursi nyamannya dan menjadi penonton sejati dalam setiap perjuangan. Mereka adalah tipe orang yang membatasi dirinya untuk menjadi lebih baik.

Kemudian mari beralih pada pribadi-pribadi calon pemenang yang mampu membesarkan diri.
1. Mereka yang mengetahui siapa dirinya lantas menyiapakan diri.
Sama-sama anak raja dan sama-sama mengetahui hal tersebut, namun pangeran ini menyadari bahwa nilai tinggi yang diberikan rakyat kepada ayahnya belum mampu menjadi gambaran setinggi itulah nilai dirinya. Maka Sang Pangeran berfokus kepada proses pemantasan dirinya sebagai calon penerus kekuasaan dan kebesaran ayahnya. Dia berusaha mencukupkan bekal sebagai calon pengemban kemulyaan sahingga hampir dapat dipastikan dia layak meneruskan kejayaan ayahnya.

2. Mereka yang menyiapkan dirinya untuk menyiapa (menjadi siapa).
Kita punya banyak alasan untuk melakukan hal apapun dalam rangka mendapatkan gambaran sempurna diri kita untuk esok dan seterusnya. Setiap penyikapan adalah bentuk refleksi dari apa yang ada dalam pemikiran sehingga bisa disebut identifikasi diri. Orang-orang yang ada disini adalah mereka yang berlatih membiasakan diri dengan cara bersikap dan berfikir seperti para pendahulu yang dianggapnya benar dan berusaha menempatkan dirinya agar layak berada diantara barisan orang-orang jempolan menurutnya. Orang-orang ini akan mencukupkan sekecil apapun kemampuannya untuk selalu berproses.

PREPARE OUR SELVES FOR OUR PRESENT STATUS AND THE FUTURE ONE!! (Ria)